MAKNA SUNNATULLAH
seperti yang telah saya tulis sebelumnya
tentang Fenomena Khilafah di Nusantara dimana
pada akhir tulisan saya berjanji akan menerangkan pandangan Al-Quran
tentang Khilafah yang akan saya tulis dengan judul Khilafah Dalam Al-Quran, untuk itu sebelumnya saya akan mengajak saudara atau para
pembaca untuk memahami dahulu tentang Sunnatullah, dimana
umumnya para ilmuwan lebih banyak mengkaji persoalan Sunnatullah (Hukum-Hukum
atau Tradisi Allah) pada Alam Semesta, tetapi melupakan sunnatullah yang
berlaku pada kehidupan sosial politik ummat manusia. Oleh karena itu, sudah
seharusnya kita mengkaji hukum-hukum atau tradisi Allah pada hidup dan
kehidupan manusia untuk dijadikan pelajaran penting dan berharga dalam
menyongsong suksesi peradaban dunia. disamping itu, kita ingin menegaskan ulang bahwa bentuk dari ke-Maha Kuasa-an Allah terletak pada proses
sunnatullah penciptaan yang tidak pernah berubah dan berganti - sebagai hukum
hidup dan kehidupan. Demikianlah Sunnah; Tradisi atau karakter Tu(h)an Semesta
Alam yang senantiasa berlaku pada sistem penciptaan makhluk-Nya, termasuk
sunnah (tradisi; karakter) yang berlaku pasti pada proses kebangkitan kekuasaan
(khilafah; kerajaan) Allah dimuka bumi.
Kata Sunnatullah dibangun dari
kata Sunnah
dan Allah. Sunnah sendiri
secara bahasa berarti kebiasaan; tradisi;
karakter. Jadi, kata Sunnatullah berarti
Kebiasaan Allah; Tradisi Allah; atau Karakter Allah, Tuan nya Semesta Alam.
Sedangkan secara istilah Sunnatullah adalah
suatu tradisi atau hukum Allah yang berproses dalam kehidupan Alam dan Manusia
yang bersifat pasti, berlangsung sepanjang masa tanpa mengalami perubahan,
pergantian, atau penyimpangan. Sebagaimana firman-NYA :
Singkatnya, Sunnatullah
dapat dimaknai dengan Tradisi Allah, Tuan Semesta Alam. Mengenal Allah,
Tuan nya Semesta Alam hanya bisa dilakukan dengan mengenal perilaku atau
Sunnah-Nya, baik yang ada di dalam Kitab-Nya maupun pada Alam Semesta sebagai
buktinya.
Dengan kata lain Sunnatullah adalah Hukum-Hukum Allah yang bersifat baku dan pasti,
yang berlaku bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk di Alam Semesta. Bentuk
hukum tersebut merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur perkembangan
sejarah, sosial, politik, psikologis, dan hukum jatuh bangunnya suatu bangsa
dan peradaban (Haq dan Batil). Dengan demikian, Sunnatullah berlaku tidak hanya pada kehidupan alam semesta (Hukum
Alam), tetapi juga kepada kehidupan alam sosial ummat manusia. Hal ini biasa
digambarkan dalam kisah-kisah Al-Quran yang diungkap dalam bahasa Hikmah atau Mutasyabihat, sebagai penegasan bahwa hukum-hukum tersebut berlaku
untuk keseluruhan ummat manusia dan harus dijadikan contoh yang jelas demi
menelusuri peradaban, sekaligus sebagai pembimbing ummat manusia.
Sayangnya dalam dunia agamis kaum mainstream, ketika berbicara tentang sunnah, maka selalu dipahami sama dengan
Hadist, yakni cerita atau perkataan
seseorang tentang ucapan atau perilaku Rasulullah
Muhammad (yang berbeda dengan Al-Quran). Akhirnya, para ahli agama telah
membuat definisi yang keliru tentang tentang istilah Sunnah. Mereka mengatakan bahwa sunnah adalah salah satu hukum
fiqih, yaitu perbuatan Nabi dan Rasul Allah (sebagai manusia biasa) yang
bersifat sukarela, boleh dilakukan atau ditinggalkan. Jika dilakukan akan
mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Sehingga, mereka
beranggapan bahwa Sunnah Rasul jika dilakukan akan mendapatkan pahala dan
apabila ditinggalkan tidak akan berdosa.
Yang demikian itu adalah akal bulus
Iblis yang ingin menyesatkan umat manusia. Mereka – para ahli agama, hendak
memisahkan antara Allah dan Rasul-Nya. Mereka mengatakan, bahwa perintah yang
berasal dari Allah hukumnya adalah wajib, sedangkan yang berasal dari Rasul-Nya
(hadist) hukumnya adalah sunnah (sukarela). Padahal seluruh perintah Allah
kepada ummat manusia disampaikan melalui mulut para Rasul-Nya. Lalu mengapa
para ahli agama ingin memisahkan keduanya? Allah berfirman dalam surat An-Nisa [4]
ayat 150-151 sebagai berikut :
Dalam hal manunggalnya Allah dan
Rasul-Nya, Nabi Isa (Yesus) pun pernah berkata; “Tidak ada seorang pun yang
datang kepada Bapa kalau tidak melalui aku”
Tegasnya, sunnah bukanlah perbuatan
sukarela, melainkan karakter; sifat; tradisi; atau kebiasaan. Sehingga,
sunnatullah adalah karakter atau sifat Allah, Tu(h)an Semesta Alam, selaku
perannya selaku Rabb Alam Semesta. Oleh sebab itu, memahami sunnatullah adalah
hal yang paling utama bagi orang-orang yang ingin beriman kepada Allah dan
ingin menuju keselamatan hidup. Dengan mengenal tradisi dan karakter Allah,
maka seseorang akan mengenal Allah, manusia akan mengenal-Nya dalam dimensi
yang sesuai dengan Allah yang dikenalkan oleh para Nabi dan Rasul.
Dalam proses penciptaannya, Allah selalu
menetapkan ketentuan-ketentuan khas bagi setiap makhluk-Nya. Besi, misalnya,
memiliki ciri padat dan keras, tenggelam bila dimasukkan ke air, melunak bila
dipanaskan dan baru menguap bila dipanaskan dalam suhu amat tinggi, mampu
bereaksi dengan oksigen membentuk oksida besi sehingga membuat bahan besi
menjadi rapuh bila berhubungan dengan udara – yang dikenal dengan karat. Begitu
pula sifat khas yang ada pada Tanah, Air, Api, Udara, Manusia, Pohon, dan
makhluk lainnya. Sunnatullah sudah ada sebelum wahyu Allah diajarkan kepada
manusia, bahkan sebelum manusia diciptakan.
Sayangnya, mayoritas kajian tentang
sunnatullah hari ini lebih terfokus pada sunnatullah kehidupan alam
(makrosistem) dan sedikit yang mengkaji sunnatullah yang kaitannya dengan siklus
peradaban kehidupan manusia (mikrosistem). Padahal, tidak kurang dari enam
belas ayat yang secara langsung berbicara soal ini dalam bentuk kata sunnatullah; sunanun; sunnatu al-awwalin.
Belum lagi ayat-ayat yang diungkap dalam bahasa hikmah (matsal wa ramza) lewat kisah-kisah para Nabi dan Rasul Allah serta
bangsa-bangsa kafir-zalim. Misalnya saja sunnatullah peradaban manusia pada
kasus Bani Israel yang digambarkan dalam firman Allah di surat Al-Isra’ [17]
ayat 4-8;
Memahami sunnatullah atau tradisi Tu(h)an Semesta Alam dalam membangkitkan
Kerajaan Allah (Khilafah) melalui para manusia utusan-Nya menjadi poin krusial
bagi orang-orang yang mengaku beriman. Kegagalan memahami hal tersebut akan
berakibat prematurnya upaya-upaya penegakan khilafah. Kerajaan Allah – sebagai bentuk kekuasaan politik, adalah hak
prerogatif Allah, TUAN-nya Alam Semesta, pemberian (anugerah) dari Dia,
bukan semata karena hasil kegigihan orang-orang beriman dalam menapaki Jalan
Kebenaran.
Kebangkitan Khilafah
hanya bisa dilalui dengan jalan atau proses perjuangan yang ditempuh oleh para
Nabi dan Rasul Allah beserta orang-orang beriman di zamannya atau sering
disebut dengan istilah mengikuti Sunnah
Rasul. Hakikatnya Sunnah Rasul adalah tradisi dan jalan para Rasul Allah
dalam menerapkan firman-firman NYA melalui enam tahapan perjuangan dakwah dan
jihad di jalan-Nya dari kondisi Makkiyah (gelap; zhulumat) hingga kondisi Madaniyah (terang; nur), yakni memperoleh kemenangan (Fajar Islam) dan tegaknya Din
Al-Islam dalam suatu wilayah kekuasaan (khilafah).
Sebagaimana halnya sunnatullah,
sunnah Rasul – perjalanan para Nabi dan Rasul Allah di jalan kebenaran-Nya,
adalah tradisi yang terus berulang dan tidak akan pernah berubah dan berganti. Dalam
tradisi para Rasul-Nya, tidak ada Hijrah tanpa Dakwah, tidak ada Jihad tanpa
Hijrah, tidak ada Kemenangan tanpa Jihad, dan tidak ada Khilafah tanpa
Kemenangan yang dianugerahkan oleh-NYA.
Sunnah Rasul tersebut harus
dilaksanakan tahap demi tahap secara berurutan, tidak boleh acak atau sesuai
selera nafs manusia. Siapa pun atau
kelompok apa pun dan dimana pun yang ingin berjuang menegakkan Khilafah Allah,
tetapi tidak mengikuti sunnah para Rasul-Nya, maka akan menciptakan teror dan
pertumpahan darah yang sia-sia, bahkan membuat masyarakat dunia semakin
anti-Islam dan fobia Khilafah. Ingat!!! Allah hanya cinta kepada mereka yang
berjuang di jalan-Nya dan dengan manhaj (kaidah
dan tahapan) yang telah digariskan oleh-Nya.
selanjutnya sesuai janji saya akan menjelaskan, bagaimana sesungguhnya pandangan AL-QURAN tentang Khalifah tersebut? Apa saja yang Allah jelaskan dalam kaitannya dengan Khilafah dan Khalifah, termasuk prinsip-prinsip dasar dalam kekhalifahan itu sendiri?
klik "ALLOW" pada notifikasi yang muncul agar dapat menerima update terbaru, atau klik gambar lonceng merah di kanan bawah browser - continue
Posting Komentar untuk "MAKNA SUNNATULLAH"
Terima kasih sudah berkunjung di blog sederhana ini, cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…