Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ISLAM BUKAN AGAMA ???

rahmatan lil alamin
83.Maka apakah mereka mencari agama/DIN yang lain
dari agama/DIN Allah,
padahal kepada-Nya-lah berserah diri (ISLAM)
segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa
dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

84.Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah
dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub,
dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa
dan para nabi dari Tuhan mereka.
Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka
dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."

85.Barang siapa mencari agama/DIN
selain agama/DIN Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama/DIN itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

[QS. ALI IMRAN (3) AYAT 83-85]




Para Pembaca yang budiman ...
Dalam beberapa forum diskusi yang penulis pernah ikuti dan beberapa literatur yang pernah penulis baca, persoalan "Universitas Islam" sering menjadi fokus bahasan dengan berbagai macam perdebatan didalamnya. Kali ini Penulis ingin mengajak Anda merenungi satu hal dasar terkait Islam itu sendiri, yakni Islam sebagai Din Allah. Apakah Din Al-Islam itu hanya sebuah agama atau sesuatu yang jauh lebih luas dari sebatas agama? Ada yang mengatakan Islam itu sudah paripurna dan ada juga yang berpendapat berbeda. Kenapa hal ini menjadi penting untuk direnungi? Karena, cara pandang yang keliru terhadap Din Al-Islam akan berakibat pada sikap hidup seseorang terhadap Islam, baik secara pribadi, sosial maupun dalam hal berbangsa dan bernegara (politik).

Ada lagi beberpa doktrin yang sering terdengar di tengah masyarakat tentang Islam. Diantaranya, Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad  dan menjadi Agama terakhir. Sebelum beliau, Allah mengutus Rasul-Nya dengan agama yang berbeda-beda. Agama Islam adalah Agama Terakhir yang paling sempurna dibanding agama-agama sebelumnya, dan seterusnya.

Sebelum kita merenungi tentang Din Al-Islam sebagai suatu agama atau lebih dari sebatas agama (Islam  Agama), ada baiknya kita renungi kembali doktrin spiritual diatas. Apakah pemahaman tersebut benar atau salah? Apakah pemahaman tersebut mempunyai dasar wahyu atau hanya sebatas pemahaman ashabiyah (fanatisme) yang turun temurun?

SELURUH NABI ADALAH MUSLIM 
Akibat memahami bahwa DIN (sering diartikan agama) yang dibawa oleh masing-masing Rasul Allah adalah berbeda, maka manusia hidup dalam kotak-kotak keyakinan (agama) tersendiri dan menilai mereka yang berbeda keyakinan adalah sesat. Masing-masing generasi saling menutup diri untuk berdialog karena merasa agama mereka berbeda dan tidak dapat disatukan ataupun minimal dicari titik temunya dengan keyakinan atau agama lainnya.

Kata "muslim" adalah kata dari bahasa arab yang berbentuk isim fa'il (keterangan pelaku) dari kata kerja aslama-yuslimu-islaman yang berarti patuh; tunduk; dan pasrah. Jadi, "muslim" secara bahasa berarti setiap makhluk yang tunduk patuh atau berserah diri kepada DIN (sistem, aturan, atau hukum) Allah, Rabb Semesta Alam. Sehingga secara bahasa dan kewahyuan, predikat "muslim" dapat disematkan kepada siapa saja dan kepada makhluk apa saja yang aslama (tunduk patuh) kepada sistem hukum-NYA.

Lalu bagaimana dengan istilah "DIN AL-ISLAM" itu sendiri? Kata "Din" juga adalah kata bahasa Arab yang secara bahasa berarti: (1)Kehormatan pemerintah, negara dan kekuasaan, (2)Ketundukan, kepatuhan, pengabdian dan penyerahan, (3)Memperhitungkan, mengadili, memberi hukuman atas perbuatan-perbuatan. Jika dikatakan "yaum al-din" berarti hari perhitungan atau hari pembalasan atas perbuatan seseorang, dan jika dikatakan "qaum din" berarti kaum yang berserah diri dan taat (Abu Al-A'la Maududi, 1997: 94).

Sedangkan secara etimologi beberapa ulama mendefinisikan "din" sebagai peraturan ilahi yang mengantarkan orang-orang berakal sehat, atas kehendak mereka sendiri menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian pendapat beberapa ulama. Namun jika merujuk beberapa ayat Al-Quran, maka kata "din" tidak hanya mengatur tata aturan bagi ummat manusia, tetapi juga tata aturan bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Sehingga dalam arti luas, "din" adalah sistem hukum ciptaan Allah dalam mengatur hidup dan kehidupan segala makhluk yang ada di alam semesta.

Adapun kata "islam" secara bahasa adalah bentuk kata benda dari kata "aslama" yang berarti ketundukan, kepatuhan dan kepasrahan. Islam adalah sebutan dari Din Allah yang memuat seperangkat sistem dan aturan hukum yang dijadikan sebagai landasan pengabdian setiap makhluk kepada-Nya. Sehingga, Din Al-Islam berarti sebuah sistem hukum yang mengatur kepatuhan setiap makhluk kepada Allah, Rabb Semesta Alam. Jika dikhususkan kepada manusia, maka DIN AL-ISLAM adalah sistem kepatuhan dan ketaatan manusia kepada hukum Allah yang diwahyukan kepada setiap Nabi dan Rasul yang diutus-Nya pada setiap bangsa dan zaman yang berbeda-beda sepanjang sejarah peradaban manusia, sejak dahulu, kini dan masa datang, yang tidak pernah berubah dan berganti.

Mari cerdasi dan renungi beberapa ayat Allah dibawah ini :
  • Al-Quran surat Ali Imran (3) ayat 83-85:
أفغير دين الله يبغون وله أسلم من في السماوات والأرض طوعا وكرها وإليه يرجعون
قل آمنا بالله وما أنزل علينا وما أنزل على إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ويعقوب والأسباط وما أوتي موسى وعيسى والنبيون من ربهم لا نفرق بين أحد منهم ونحن له مسلمون
ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين
83.Maka apakah mereka mencari DIN yang lain dari DIN Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (ISLAM) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
84.Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
85.Barang siapa mencari DIN selain DIN Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (DIN itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

  • Al-Quran surat Ar-Rum (30) ayat 30:
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada DIN (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) DIN yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Beberapa ayat diatas setidaknya menjelaskan tiga hal dasar :
Pertama, bahwa Din Al-Islam adalah Din Allah yang bersifat universal dan mengatur seluruh makhluk ciptaan Allah. Sehingga, predikat "muslim" bukanlah predikat eksklusif bagi manusia tertentu, tetapi untuk semua makhluk yang tunduk patuh kepada sistem hukum (din)-Nya.
Kedua, bahwa Din Al-Islam adalah satu-satunya Din yang Allah berikan kepada Nabi dan Rasul-Nya disepanjang zaman. Oleh karenanya, orang-orang yang beriman tidak boleh membeda-bedakan diantara mereka dan selalu siap untuk bersikap "muslim". siapapun yang tidak menjadikan Din Al-Islam sebagai sistem hukumnya di dunia, maka dia akan menjadi manusia yang merugi, manusia yang jauh dari hidayah dan ni'mat Allah.
Ketiga, bahwa Din Al-Islam adalah Din fitrah bagi setiap manusia kapan pun dan dimana pun dia berada, yang tidak pernah berubah dan berganti. Sehingga tidaklah benar atau keliru jika dikatakan bahwa Dia memberikan DIN yang berbeda-beda kepada setiap Nabi dan Rasul-Nya.

Semua Nabi dan Rasul Allah adalah seorang muslim yang menjadikan Din Al-Islam sebagai sistem hukum yang mengatur hidup dan kehidupan mereka. Tidak ada Nabi Rasul Allah yang tidak ber-Din Al-Islam atau Muslim. Coba perhatikan penegasan Allah dalam beberapa ayat dibawah ini :

a. Nabi Ibrahim dan anak cucunya adalah orang-orang muslim (muslimun, jamak dari kata muslim) seperti ditegaskan dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 128 dan ayat 131-133 :





















b. Predikat "Muslim" kepada kaum Nabi Luth dalam surat Adz-Dzariyat (51) ayat 35-36 :
فأخرجنا من كان فيها من المؤمنين
فما وجدنا فيها غير بيت من المسلمين
35Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Lut itu. 36Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. 

c. Pengakuan Nabi Yusuf putera Nabi Ya'kub dalam doanya untuk menjadi seorang muslim selama hidupnya, seperti tertulis dalam surat Yusuf (12) ayat 101 :


رب قد آتيتني من الملك وعلمتني من تأويل الأحاديث فاطر السماوات والأرض أنت وليي في الدنيا والآخرة توفني مسلما وألحقني بالصالحين
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim (tunduk patuh) dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.

d. Penegasan Nab Musa kepada kaumnya untuk menjadi muslim yang sejati, seperti tertuang dalam surat Yunus (10) ayat 84 :
وقال موسى يا قوم إن كنتم آمنتم بالله فعليه توكلوا إن كنتم مسلمين
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri."

e. Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis dalam surat An-Naml (27) ayat 42 :
فلما جاءت قيل أهكذا عرشك قالت كأنه هو وأوتينا العلم من قبلها وكنا مسلمين
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri".
f. Penamaan "Muslim" juga diberikan Allah kepada Nabi Isa (Yesus) dan para pengikutnya, seperti tertera dalam surat Ali Imran (3) ayat 52 dan surat Al-Maidah (5) ayat 111 :
فلما أحس عيسى منهم الكفر قال من أنصاري إلى الله قال الحواريون نحن أنصار الله آمنا بالله واشهد بأنا مسلمون
52.Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.

وإذ أوحيت إلى الحواريين أن آمنوا بي وبرسولي قالوا آمنا واشهد بأننا مسلمون

111.Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: "Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".

g. Penamaan "Muslim" sudah ada sejak zaman dahulu dan juga pada generasi Nabi Muhammad sama seperti ditegaskan dalam surat Al-Hajj (22) ayat 78 :
وجاهدوا في الله حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم في الدين من حرج ملة أبيكم إبراهيم هو سماكم المسلمين من قبل وفي هذا ليكون الرسول شهيدا عليكم وتكونوا شهداء على الناس فأقيموا الصلاة وآتوا الزكاة واعتصموا بالله هو مولاكم فنعم المولى ونعم النصير
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Dari penjelasan dan penegasan beberapa firman Allah diatas, maka gugurlah doktrin atau pemahaman yang mengatakan bahwa Islam adalah Din terakhir dan paling sempurna yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yang berbeda dengan Din para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya. Begitu pula dengan pemahaman yang mengatakan bahwa Ummat Muslim adalah ummat yang beriman kepada Rasulullah Muhammad saja, selain itu adalah non-muslim.

Demikian pula doktrin yang mengatakan bahwa setiap Rasul Allah membawa Din atau Ajaran yang baru dan berbeda dengan apa yang dibawa oleh para Rasul Allah sebelumnya. Termasuk syariat (hukum) yang dikerjakan oleh mereka adalah syariat yang berbeda antara satu Rasul dengan yang lainnya.

Secara prinsip, Hukum Allah adalah satu sistem aturan hukum yang didalamnya terhimpun seluruh aspek yang mengatur kehidupan manusia, baik hubungannya dengan Allah, Sang Pencipta Manusia, maupun hubungan antara sesama manusia dan hubungannya dengan alam sekitarnya.
Hukum Allah adalah sesuatu yang Haq dan Fitrah, sehingga dia tidak pernah mengalami perubahan, hanya karena berubahnya Tempat dan Zaman.
Meskipun Dia mengutus Rasul-Nya untuk lokasi dan zaman yang berbeda, namun aturan hukum yang diwahyukan  dan disyariatkan oleh-Nya tetaplah sama dan tidak pernah berubah. Karena Hukum Allah berasal dari Yang Maha Benar dan Maha Adil, maka sifatnya mutlak benar dan adil, dia tidak boleh berubah dan tidak boleh diubah (diamandemen).
Keberadaan hukum Allah dalam Kitab Suci (Taurat Musa, Injil Isa/Yesus, dan Al-Quran Muhammad) yang disyariatkan-Nya harus dipahami sebagai satu mata rantai misi risalah Allah yang berkesinambungan dan tidak perlu dipertentangkan. Renungkan firman Allah dalam surat Asy-Syura (42) ayat 13 berikut ini :
شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم إليه الله يجتبي إليه من يشاء ويهدي إليه من ينيب
Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

ISLAM BUKAN AGAMA ???
Dari penjelasan sebelumnya, sudah memberikan gambaran apa yang dimaksud dengan "Din Al-Islam" itu. Sesuatu yang selama ini selalu diartikan dengan "agama islam". Dalam berbagai kitab terjemah Al-Quran, kata "Din" paling sering diterjemahkan dengan kata "agama". Padahal agama adalah kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti, a = tidak dan gama = kacau. Jadi, agama adalah sesuatu yang tidak kacau. Hal ini dipahami, karena mereka yang beragama, hidup sesuai tata aturan, maka pasti akan hidup teratur, tidak kacau.

Diakui bahwa sebelum ada satu definisi yang disepakati oleh semua kalangan tentang pengertian "agama". Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Dengan pengertian ini, maka semua yang disebut agama, termasuk Islam adalah sama dan sederajat. Untuk itu, para pemeluknya harus saling menghormati dan toleran. Inilah pandangan mayoritas manusia saat ini terhadap "Din Al-Islam", yang melihatnya sebagai sebuah agama yang harus mengurusi persoalan keimanan dan peribadatan. Kalaupun berbicara soal hubungan dengan sesama manusia, hanya sebatas persoalan moral dan muamalah (hubungan sosial) di bidang umum, seperti berbuat baik dan urusan halal haram. Bhakan dalam sebuah negara sekuler, agama hanyalah salah satu bagian dari berbagai departemen yang mengurusi persoalan keagamaan semata, bahkan agama bukanlah termasuk urusan negara. Masalah yang termasuk dalam lingkup agama, seperti peribadatan (tata ritual), kerukunan antar ummat beragama, pendirian rumah ibadah, penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, serta hari-hari besar ummat beragama.
Dari beberapa pengertian "agama" yang dikemukakan oleh para ahli - dengan sudut pandang masing-masing, mereka memberi beberpa ciri dari agama, yaitu :

  1. Memiliki tata ritual;
  2. Memiliki Doa, nyanyian, tarian, sesaji, dan kurban;
  3. Menyakini adanya kekuatan gaib yang supranatural; dan
  4. Ada figur tertentu yang dipercaya dapat berhubungan dengan makhluk atau kekuatan gaib.
Dari ciri-ciri tersebut, kemudian para ahli membagi agama menjadi agama bumi dan agama langit (samawi) atau terkadang disebut juga dengan agama wahyu. Islam dikategorikan dengan agama samawi, seperti halnya dengan agama Yahudi dan Kristen. Itulah sebabnya, kelompok sekuler dan pluralistik menyamakan posisi Din Al-Islam dengan agama-agama lainnya. Padahal secara Historis-Teologis, Din Al-Islam adalah sesuatu yang murni ciptaan Allah, sedangkan agama-agama, baikyang disebut agama bumi maupun agama-agama samawi adalah hasil dari ciptaan dan campur tangan manusia. Untuk itu tidak tepat jika "Din Al-Islam" dimaknai dengan "agama Islam".

Jika merujuk pada Kitab Al-Quran, maka sudah sangat jelas dan tegas bahwa Din Al-Islam adalah suatu sistem hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, bukan hanya sebatas masalah kenyakinan dan peribadatan (ibadah ritual) semata. Din Al-Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, mulai dari masalah moralitas dan hukum, hingga persoalan politik, sosial, dan ekonomi. Mempersempit makna Din Al-Islam menjadi agama islam, maka berarti mengubah esensi dan fungsi dari Din ciptaan Allah. Akibatnya, mausia akan berfikir sekuler, memisahkan persoalan hubungan manusia dengan Allah (agama) dengan persoalan hubungan manusia dengan manusia lainnya (sosial politik). Agama dan Negara dipandang sebagai dua hal yang berbeda. Agama tidak bicara soal negara, sebaliknya agama harus tunduk pada kekuasaan negara. Negara lah ynag mengatur persoalan agama. Baginya, Allah hanya berkuasa pada kehidupan alam semesta (Raja alam semesta) dan kehidupan setelah mati (akhirat), namun tidak berkuasa pada kehidupan sosial politik ummat manusia di dunia. Akhirnya, yang dipatuhi dan ditaati oleh manusia sekuler adalah manusia-manusia lainnya yang berposisi (dan memposisikan dirinya) sebagai penguasa, pemimpin, raja, presiden, atau tuan manusia. Inilah sesungguhnya model kehidupan musyrik

Mereka yang berpaham sekuler dan pluralistik akan melihat Din Al-Islam sebatas agama, sehingga Din Al-Islam berada dan tunduk dibawah ideologi suatu negara bangsa. Din Al-Islam dan penganutnya harus tunduk dan menyesuaikan diri dengan ideologi negara yang telah menjadi kesepakatan bersama rakyat bangsa. Mereka sangat anti dan fobia terhadap paham-paham islam yang anti sekuler dan pluralistik, padahal Din Al-Islam selalu berprinsip Tauhid dengan ajarannya yang Universal. Din Al-Islam adalah milik Allah, bukan milik sekelompok manusia atau milik suatu negara bangsa. Sudah seharusnya dia berada diatas segala ideologi bangsa-bangsa dunia buatan manusia. Sudah menjadi fitrahnya, jika ummat manusia diatur oleh Din Al-Islam milik Allah, bukan sebaliknya.

Di pihak lain, beberapa kelompok manusia yang mengaku sebagai muslim, namun seringkali melakukan tindakan yang melanggar hukum penguasa dengan mengatasnamakan "agama islam". Predikat Islam fundamentalis, Islam ekstream, atau Islam radikal seringkali menjadi label bagi kelompok mereka. Akibatnya, kelompok agamis dan sekuler semakin anti dan fobia kepada (gerakan) Islam. Padahal mereka yang dikatakan ekstrimis dan radikal hanya menjalankan pemahaman dan keyakinan agamanya, suatu sikap yang sepatutnya dimiliki oleh setiap orang yang yakin dengan ideologinya. Namun demikian, tindakan mereka adalah sesuatu yang melanggar hukum penguasa dan perbuatan yang salah kaprah atau gagal paham terhadap Din Al-Islam. Salah dalam memahami ayat-ayat Al-Quran dan salah dalam menerapkan kontektualisasi ayat-ayat tersebut. Pada kondisi seperti apa ayat-ayat tersebut diturunkan dan dilaksanakan oleh Rasulullah Muhammad. Mereka selalu soal "merebut kekuasaan" bangsa-bangsa kafir, padahal masalah kekuasaan adalah hak prerogatif Allah. Kepada siapa kekuasaan itu diberikan dan kekuasaan mana yang akan dicabut-Nya adalah hak DIA. Perhatikan firman Allah dalam surat Ali Imran (3) ayat 26 :
قل اللهم مالك الملك تؤتي الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيء قدير
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Para Pembaca yang budiman ...
Dengan demikian, dua hal mendasar yang harus segera diluruskan dari paham atau doktrin spiritual saat ini adalah :
Pertama, Meluruskan makna "Din Al-Islam" sebagai suatu sistem hukum Allah yang mengatur hidup dan kehidupan setiap makhluk di alam semesta, khususnya ummat manusia, baik dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya. Din Al-Islam adalah sistem hukum yang bersifat universal, berbeda dengan agama yang hanya mengatur tata peribadatan dan kenyakinan manusia. Din Al-Islam adalah sistem yang fitrah bagi setiap makhluk-Nya, khusunya ummat manusia. Untuk itu, Din Al-Islam (bukan agama Islam) mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dimuka bumi ini, meski tidak diatur secara detil dalam Kitab Al-Quran.

Bagi orang-orang yang cerdas (ulul albab) akan dengan mudah menangkap dan memahami isyarat atau simbol-simbol wahyu dalam Al-Quran, dan dapat melihat betapa lengkapnya ajaran dan aturan yang telah Allah wahyukan dan syariatkan kepada para Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Tegasnya, Din Al-Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik secara pribadi, keluarga, dan sosial. Mulai dari hukum aqidah, syariat, sosial, ekonomi, hingga persoalan politik (kekuasaan). Jika hari ini, banyak ahli yang mengatakan bahwa Din Al-Islam tidak mengatur masalah kekuasaan politik (khilafah), itu karena mereka telah diracuni oleh pemikiran atau paham sekuler pluralistik, sehingga tidak mampu memahami firman (cahaya) Al-Quran secara benar dan melihat sejarah peradaban Khilafah Allah (sejak era Rasulullah Muhammad di Madinah, hingga Khilafah Abbasiyah di Bagdad), yang menjadi penguasa dunia sekitar 700 tahun lamanya.
Kedua, Meluruskan pemahaman dan penafsiran para kelompok Islam Radikal dan Fundamentalis akan ayat-ayat Allah untuk di kontekstualisasikan dalam masa kini, sehingga tidak mencederai kekuasaan Din Al-Islam dan sekaligus tetap melaksanakan perintah Allah dengan benar dan sempurna. Bagaimanapun, semua ayat-ayat hukum atau yang bersifat "perintah" diturunkan (diwahyukan) Allah kepada Rasulullah Muhammad dalam situasi dan kondisi sosial politik tertentu. Sebagai contoh, Allah tidak memberi izin kepada orang-orang beriman untuk memerangi penguasa kafir-musyrik, jika mereka tidak diperangi dan sudah terdesak oleh situasi yang ada saat itu. Sehingga perang adalah jalan terbaik untuk mempertahankan keyakinan dan membela diri mereka, sekaligus menjadi alat Allah untuk membinasakan kebatilan dan kezaliman.

Akhirnya masih banyak yang harus direnungi dan dikritisi dari paham spiritual yang ada saat ini. Kiranya renungan dasar ini akan menjadi pondasi untuk melakukan perenungan selanjutnya. Semoga!


Untuk menjadi orang baik, manusia tidak memerlukan agama,
cukup dengan memaksimalkan akal budi 
dan bertanya pada diri sendiri akan apa yang akan diperbuat
TETAPI,
Menjadi orang baik tidaklah cukup,
Anda harus menjadi orang benar dimata Allah.
Untuk itu, Anda membutuhkan wahyu (firman)-Nya
sebagai ukuran Kebenaran



klik "ALLOW" pada notifikasi yang muncul agar dapat menerima update terbaru, atau klik gambar lonceng merah di kanan bawah browser - continue

Posting Komentar untuk "ISLAM BUKAN AGAMA ???"